Museum Aceh : Sejarah dan Fakta-fakta Menarik yang Harus Kamu Tahu

Museum Banda Aceh atau lebih dikenal dengan sebutan Museum Aceh adalah sebuah museum di daerah Banda Aceh, Sumatera Utara Indonesia.

Ini merupakan salah satu museum tertua yang ada di Indonesia yang memiliki sejarah yang panjang.

Nah, pada kesempatan kali ini moeseum.id akan membahas tentang sejarah dan fakta-fakta menarik lainnya tentang museum Aceh ini.

Simak terus ulasannya sampai habis ya!

Sejarah Berdirinya Museum Aceh

museum aceh

1. Masa Kolonial Belanda

Bangunan asli Museum Aceh berbentuk rumah panggung adat Aceh (Rumoh Aceh).

Gedung ini awalnya digunakan sebagai Anjungan Aceh di lapangan De Koloniale Tentoonsteling (Pameran Kolonial) di Semarang dari 13 Agustus hingga 15 November 1914.

Niat awalnya adalah rumah panggung akan dibongkar dan dipindahkan ke Belanda.

Paviliun tersebut memamerkan artefak-artefak Aceh yang sebagian besar merupakan koleksi pribadi ahli etnografi Friedrich Stammeshaus, yang pada tahun 1915 menjadi kurator pertama Musium Aceh.

Selama pameran kali ini, Paviliun Aceh berhasil menjadi pendopo terbaik.

Karena keberhasilan ini, Stammeshaus mengusulkan Gubernur Sipil dan Militer Aceh, HNA. Swart, untuk membawa paviliun kembali ke Aceh dan menggunakannya sebagai musium.

Friedrich Stammeshaus, kurator pertama Musium Aceh, terlihat di sini bersama Panglima Polem II.

Bangunan tersebut dikembalikan ke Koetaradja (sekarang Banda Aceh) di Aceh, dan sejak 31 Agustus 1915 diresmikan di Esplanade Koetaradja dengan Stammeshaus sebagai kurator pertama musium tersebut.

Stammeshaus tetap menjadi kurator museum sampai tahun 1933.

Setelah pensiun, Stammeshaus menjual koleksi pribadinya berupa 1.300 objek etnografi ke Institut Kolonial di Amsterdam, sekarang Tropenmuseum.

Dalam koleksi ini banyak ditonjolkan artefak Aceh, antara lain perhiasan emas, senjata Aceh, jimat, foto, dan peralatan sehari-hari.

Yang paling terkenal dijual ke Tropenmuseum adalah mantel pribadi Teuku Umar.

2. Masa Setelah Indonesia Merdeka

Setelah kemerdekaan Indonesia, musium ini menjadi milik Pemerintah Daerah Aceh.

Pada tahun 1969, atas prakarsa Teuku Hamzah Bendahara, Museum Aceh dipindahkan dari tempat lama (Blang Padang) ke lokasi sekarang di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyan di atas tanah seluas 10.800 m2.

Pada tahun 1974, museum menerima dana untuk merehabilitasi museum.

Dana tersebut digunakan untuk merestorasi bangunan paviliun asli dan membangun gedung baru untuk kompleks museum.

Gedung baru ini berisi ruang untuk pameran tetap, aula konferensi, laboratorium, perpustakaan, dan kantor.

Dana tersebut juga digunakan untuk menambah koleksi museum dan penelitian terkait.

Pada tanggal 1 September 1980, Museum Aceh resmi dijadikan musium provinsi dengan nama Museum Negeri Aceh (Museum Indonesia Negeri Aceh).

Peresmian dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Dr. Daoed Yoesoef.

Rumoh Aceh yang bersejarah ini selamat dari gempa dan tsunami tahun 2004 silam.

Nah, sejak terjadinya bencana tsunami tersebut, maka terbentuklah sebuah musium untuk mengabadikannya bernama Museum Tsunami Aceh.

Museum Tsunami Aceh

Museum Tsunami Aceh terletak di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh.

Bangunan musium mengadopsi rumah tradisional Aceh yang ditinggikan, sekaligus menyerupai kapal dengan corongnya yang menjorok.

Melangkah ke dalam, kalian akan menemukan koridor kecil dengan air yang mengalir dari kedua sisi.

Tak nya itu, kaian juga akan mendengar suara gemuruh yang menakutkan, mengingatkan akan kehancuran yang ditimbulkan oleh tsunami 2004.

Museum ini juga menampilkan simulasi elektronik dari gempa bumi Samudra Hindia, foto-foto korban, dan cerita serta kesaksian para penyintas.

Pembangunan museum ini menelan biaya sekitar Rp70 miliar, dan terdiri dari 2 lantai.

Lantai pertama merupakan area ruang terbuka yang berfungsi sebagai pengingat bencana tsunami.

Ada beberapa bagian di lantai pertama yang mengingat hari malang itu termasuk gambar sebelum tsunami, saat tsunami, dan pasca tsunami.

Beberapa gambar, peninggalan, dan diorama dipamerkan di sini.

Beberapa diorama yang paling terkenal adalah perahu-perahu nelayan yang dihempas ombak tinggi dan terhempas ke pantai.

Ada juga gambar Kapal PLTD Apung yang tersapu dan terbawa jauh ke daratan hingga akhirnya kandas di Punge Blang Cut.

Lantai 2 menampilkan media pendidikan termasuk perpustakaan, ruang simulasi, ruang 4D, dan toko suvenir.

Beberapa simulasi yang ditampilkan di sini adalah bangunan tahan gempa dan model kerak bumi. Ada juga ruangan yang memajang lukisan dan diorama bencana tsunami.

Fakta Menarik Tentang Museum Tsunami Aceh

museum tsunami aceh

1. Bangunan Memiliki dua Makna

Jika dilihat dari atas, museum ini memantulkan gelombang tsunami, namun jika dilihat dari samping (bawah) tampak seperti kapal penyelamat dengan dek lebar sebagai bangunan pelarian.

2. Atap Dengan Gelombang Laut

Jika dilihat, atap Museum Tsunami Aceh terlihat seperti gelombang laut.

Unik memang, dari luar Anda sudah bisa melihat esensi dari museum yang dijadikan sebagai memorial Tsunami Aceh 2004 ini.

Suasana tsunami semakin terasa saat pengunjung memasuki Space of Fear, dimana pengunjung bisa merasakan suasana tsunami di lorong sempit yang dihiasi suara-suara air yang menggelegak.

3. Seperti Merasakan Tsunami

Selain berfungsi sebagai monumen untuk peringatan tsunami, tapi pengunjung yang datang akan bisa merasakan tsunami yang terjadi di Aceh 11 tahun silam.

Di dalamnya terdapat lima ruang tematik yang masing-masing memiliki pesan.

4. Terdapat Nama-nama Korban Tsunami

Tsunami Aceh 2004 merenggut ratusan ribu jiwa, meninggalkan nama-nama korban dan keluarganya.

Ada sebuah ruangan bernama Ruang Duka Cita atau Sumur Doa, di mana pengunjung bisa melihat nama-nama korban Tsunami Aceh 2004.

Berbagai nama korban tertulis di dinding Ruang Kesedihan.

5. Bisa Dijadikan Sebagai Tempat Berlindung dari Tsunami

Desain Museum Tsunami Aceh ini diberi nama ‘Bukit Pelarian Rumoh Aceh’.

Hebatnya lagi, museum ini tidak hanya berfungsi sebagai tugu peringatan, tetapi juga sebagai tempat perlindungan dari bencana tsunami.

Berkaca pada tragedi Tsunami Aceh 2004, Perancang bangunannya membuat taman berbentuk bukit yang bisa digunakan sebagai lokasi penyelamatan jika bencana terjadi lagi di kemudian hari.

Atap miring dimaksudkan untuk menampung orang-orang yang mengungsi.

Baca juga: Tingkatan Level Manajemen

Nah, itulah sejarah dan fakta-fakta menarik tentang Museum Aceh dan Museum Tsunami Aceh yang bisa kami sampaikan.

Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kalian semua. Terimakasih sudah berkunjung!